Strategi Money Management

Ada tiga strategi money management yang akan saya bahas beserta penerapannya ketika trading dalam artikel ini yaitu:

  1. Martingale Money Management
  2. Averaging
  3. Anti-Martingale Money Management

1. Martingale Money Management

Awalnya strategi martingale money management ini digunakan oleh para penjudi koin.Strategi ini menyarankan penjudi untuk menggandakan taruhan bila ia kalah. Sehingga kemenangan yang terjadi menutup kerugian-kerugian sebelumnya. Ada keyakinan dikalangan para penjudi bahwa ada peluang lebih besar untuk menang setelah serangkaian kerugian yang terjadi. Apakah benar peluang menang lebih besar? Tentu saja tidak. Tetapi karena alasan ini pula para penjudi semakin bernafsu menambah taruhan jika kalah karena ada hasrat untuk balas dendam terhadap kerugian-kerugian sebelumnya.

Contohnya seperti ini:

Transaksi ke-1 taruhan awal $10 dan rugi

Transaksi ke-2 taruhan dinaikkan menjadi $20 dan rugi

Transaksi ke-3 taruhan dinaikkan menjadi $40 dan rugi

Transaksi ke-4 taruhan dinaikkan menjadi $80 dan rugi

Transaksi ke-5 taruhan dinaikkan menjadi $160 dan rugi

Total kerugian setelah 5 transaksi adalah $310.

Pada transaksi ke-6 taruhan dinaikkan lagi menjadi $320 dan menang. Dan sekarang si penjudi tersebut sudah untung $320 dikurang dengan total kerugian $310 masih ada profit $10! Satu kemenangan ini mampu menghapus semua total kerugian.

Kelihatannya menarik?

Ya…Strategi martingale ini hanya terlihat bagus di atas kertas atau secara teori saja.Strategi ini hanya akan berhasil bila penjudi memiliki uang yang tidak terbatas karena suatu saat pasti akan menang. Pada kenyataanya para penjudi atau bahkan trader yang menggunakan strategi ini akan mengalami kerugian sangat besar. Belum sempat memperoleh keuntungan uang sudah keburu habis dan hanya menyisakan penyesalan.

Lantas bagaimana trader penjudi mempraktekkan strategi martingale ini ketika trading?

Perhatikan gambar di bawah ini:

Trader penjudi yang menggunakan strategi martingale money management tidak pernah mau mengakui kalo dia salah. Bukannya cut loss,trader penjudi ini malah menambah posisi yang sudah rugi dan berharap harga akan segera berbalik arah. Ini adalah salah satu cara cepat untuk bangkrut!

Jika menggunakan strategi martingale ini mentah-mentah Anda sama saja seperti menggali kuburan Anda sendiri. Kenapa? Karena pertama modal Anda terbatas dan uang Anda jadi terperangkap pada satu posisi yang merugi. Yang kedua Anda tidak pernah tahu kapan harga akan berbalik arah dan mengubah posisi Anda yang rugi menjadi profit!

Sekali dua kali dengan sedikit keberuntungan mungkin Anda akan bisa mengubah posisi Anda yang rugi banyak menjadi profit banyak  jika menggunakan strategi martingale ini. Tetapi untuk bisa profit konsisten dalam jangka panjang Anda harus mempertimbangkan kembali untuk menggunakannya.

Seperti yang sudah sering saya katakan sebelumnya bahwa tugas kita sebagai trader adalah menjadi manajer risiko. Kita sebagai trader mengontrol risiko! Membatasi kerugian yang akan terjadi bukan malah menambahnya dengan menggunakan strategi martingale dimana kerugian semakin membengkak.

Saran terbaik yang bisa saya berikan kepada Anda adalah biarkan saja strategi martingale money management ini digunakan oleh para penjudi bukan Anda. Biarkan saja mereka bangkrut yang penting bukan Anda.

2. Averaging

Walaupun strategi martingale tidak disarankan untuk digunakan ketika trading tetapi ada prinsip dari strategi martingale yang dapat digunakan untuk membantu trader mendapat harga yang lebih baik yaitu prinsip rata-rata atau yang biasa disebut dengan istilah averaging.

Strategi averaging ini sangat berguna bagi trader untuk mendapatkan harga rata-rata yang lebih baik apalagi jika ingin membeli saham dalam jumlah yang banyak. Harga di pasar finansial sangat dinamis,kadang harga bisa berbalik arah tiba-tiba atau melonjak tiba-tiba. Akan selalu ada fluktuasi harga yang tidak bisa ditebak walaupun kita sudah mengetahui trend yang sedang terjadi. Strategi averaging ini akan mengurangi potensi kerugian akibat perubahaan harga yang terjadi secara tiba-tiba. Jadi secara teknis Anda telah melakukan diversifikasi risiko berdasarkan timing.

Ada dua teknik untuk melakukan averaging yaitu:

1.Averaging Down

Averaging down artinya Anda melakukan penambahan posisi bila harga bergerak berlawanan dengan posisi yang Anda miliki. Artinya Anda menambah posisi Anda yang sedang rugi. Misalnya Anda sudah membeli saham XYZ sebanyak 100 lembar di harga $20. Ternyata harga saham XYZ bergerak turun menjadi $18 kemudian Anda beli lagi sebanyak 100 lembar di harga $18. Sekarang Anda memiliki 200 lembar saham dengan harga rata-rata $19 per lembar. Itulah yang dinamakan teknik averaging down. Dengan cara ini harga rata-rata yang Anda miliki sekarang akan lebih kecil dari harga awal Anda membuka posisi.

Beberapa tips untuk melakukan averaging down:

1.Strategi averaging down akan sangat efektif jika modal trading Anda cukup besar. Misalnya Anda memiliki modal >$100,000. Jika modal trading Anda besar maka trade size / position size Anda juga besar dengan demikian Anda dapat membagi trade size tersebut secara proporsional.

2.Anda harus menentukan level stop loss Anda terlebih dahulu. Level dimana Anda mengakui bahwa posisi Anda salah arah dan Anda harus segera keluar dari posisi rugi.

3.Anda hanya boleh melakukan averaging diantara area harga Anda membuka posisi awal (beli pertama kali) dengan batas stop loss yang telah Anda tentukan. Anda tidak boleh melakukan averaging down melewati batas stop loss yang telah Anda tentukan dan harga telah bergerak melawan posisi Anda terlalu jauh.

4.Anda harus menentukan trade size/position size pada transaksi yang akan Anda lakukan. Sangat penting mengetahui berapa lembar jumlah saham yang akan Anda beli pada suatu transaksi. Dengan demikian Anda dapat merencanakan mau berapa kali melakukan averaging berdasarkan trade size Anda itu. Anda tidak boleh melakukan averaging down melebihi trade size Anda.

5.Anda tidak boleh melakukan averaging down karena panik! Teknik averaging down ini sangat efektif digunakan jika dan hanya jika Anda sudah merencanakan di awal Anda ingin berapa kali averaging down dan berapa jumlah saham yang akan Anda beli setiap kali averaging down nantinya. Jadi Anda tidak serta merta melakukan averaging down hanya karena posisi Anda sedang rugi. Semuanya harus sudah Anda rencanakan dengan matang bahkan sebelum Anda masuk posisi.

6.Jika Anda telah melakukan beberapa kali averaging down dan harga tetap melanjutkan penurunan dan menyentuh level stop loss Anda maka Anda harus segera cut loss dan mengakui bahwa Anda salah dan segera keluar dari posisi rugi Anda. Sebagai trader Anda tidak boleh ngotot dan melawan market karena akibatnya akan fatal.

Contoh penerapan averaging down ketika trading

Modal Trading          : $100,000

Total Risiko 2%         : $2000

Harga Entry             : $34

Stop Loss                : $30

Risiko/Saham          : $4

Trade Size               : $2000/$4 = 500 lembar saham

Ilustrasi gambar dibawah ini misalnya Anda trading breakout,Anda entry setelah ada konfirmasi candlestick untuk breakout. Ternyata setelah Anda entry harga langsung berbalik arah menjadi turun. Jika Anda langsung membeli 500 lembar saham diharga $34,dan harganya turun $30 dan langsung menyentuh level stop loss maka Anda akan rugi sebanyak 500 x ($30-34) = $2000

Sekarang kita gunakan teknik averaging down 2 kali

Penjelasan gambar di atas adalah sebagai berikut:

Beli awal     : 100 lembar di harga $34 = $3,400

Avg Down 1  : 200 lembar di harga $32 = $6,400

Avg Down 2  : 200 lembar di harga $31 = $6,200

Sekarang Anda memiliki 500 lembar saham dengan total pembelian senilai $16,000 maka harga rata-rata pembelian Anda saat ini adalah $16,000/500 lembar = $32

Jika Stop Loss Anda berada di harga $30 maka kerugian Anda jika cut loss adalah 500 x ($30-$32) = $1000

Seperti yang Anda lihat dari perbandingan dua contoh di atas bahwa teknik averaging down jika dilakukan dengan tepat dan penuh perencanaan mampu mengurangi risiko ketika trading.

2.Averaging Up

Averaging up artinya Anda melakukan penambahan posisi bila harga bergerak searah dengan posisi yang Anda miliki. Artinya Anda menambah posisi yang sudah untung. Misalnya Anda sudah membeli saham ABC sebanyak 100 lembar di harga $50. Ternyata harga saham ABC bergerak naik menjadi $52 kemudian Anda beli lagi sebanyak 100 lembar di harga $52. Sekarang Anda memiliki 200 lembar saham dengan harga rata-rata $51 per lembar. Itulah yang dinamakan teknik averaging up. Dengan cara ini harga rata-rata yang Anda miliki sekarang akan lebih besar dari harga awal Anda membuka posisi.

Beberapa tips untuk melakukan averaging up:

1.Sama seperti strategi averaging down,teknik averaging up inipun akan efektif jika modal trading Anda cukup besar. Dengan memiliki trade size yang besar Anda akan lebih leluasa untuk melakukan averaging up. Ngebagi-bagi posisinya jadi lebih enak.

2.Anda harus menentukan level trailing stop Anda terlebih dahulu. Level dimana jika harga berbalik arah Anda masih memiliki profit yang sudah dikunci.

3.Anda dapat melakukan averaging up ketika harga mengalami koreksi. Anda dapat menggunakan indikator moving average sebagai panduan kapan harga akan koreksi.Jika harga mulai mendekati moving average saatnya untuk averaging up.

4.Anda juga harus menentukan trade size/position size pada transaksi yang akan Anda lakukan.Anda tidak boleh melakukan averaging up melebihi trade size Anda.

5.Anda tidak boleh melakukan averaging up karena serakah! Hanya karena Anda sudah dalam posisi untung dan harga breakout terus tidak berarti Anda boleh over leverage dengan  margin yang diberikan oleh broker Anda.

6.Jika Anda telah melakukan beberapa kali averaging up dan ternyata harga berbalik arah menembus level trailing stop yang sudah Anda tentukan di awal maka Anda harus segera keluar dengan profit yang ada.

Contoh penerapan averaging up ketika trading

Modal Trading         : $100,000

Total Risiko 2%       : $2000

Harga Entry            : $35.7

Stop Loss                : $34.7

Risiko/Saham          : $1

Trade Size               : $2000/$1 = 2000 lembar saham

Averaging Up           : 4 X

Trailing Stop            : 5% (jika harga turun 5% dari titik tertinggi jual semua saham)

Penjelasan gambar di atas adalah sebagai berikut:

Beli awal     :  400 lembar di harga $35.7 = $14,280

Avg Up 1     :  400 lembar di harga $37.4 = $14,960

Avg Up 2     :  400 lembar di harga $40.5 = $16,200

Avg Up 3     :  400 lembar di harga $47.3 = $18,920

Avg Up 4     :  400 lembar di harga $53.5 = $21,400

Sekarang Anda memiliki 2000 lembar saham dengan total pembelian senilai $85,760 maka harga rata-rata pembelian Anda adalah $85,760/2000 lembar = $42.88

Jika Anda menjual saham Anda di harga $55 maka profit yang Anda peroleh adalah 2000 x ($55 – $42.88) = $24,240

Memang benar jika Anda membeli semua jatah 2000 lembar saham yang Anda miliki di harga $35.7 maka profit Anda akan sangat maksimal. Tetapi sebagai trader tentulah kita harus mempersiapkan diri untuk segala macam skenario yang mungkin muncul termasuk skenario terburuk. Dengan melakukan averaging up ini otomatis kita telah melakukan diversifikasi risiko.

Manakah yang lebih baik?

Menurut saya kedua strategi ini sama baiknya tergantung kondisi pasar. Ketika Anda membuka posisi beli pertama kali Anda tidak tahu secara pasti kemana harga akan bergerak.

Oleh karena itu sangat penting bagi Anda untuk merencanakan diawal apa yang akan Anda lakukan jika harga bergerak sesuai dengan prediksi Anda atau ketika harga bergerak tidak sesuai dengan prediksi Anda.

Jadi sebelum Anda entry (beli saham) Anda sudah menuliskan rencana Anda berapa kali akan melakukan averaging down dan berapa jumlah saham yang akan Anda beli jika ternyata setelah entry harga langsung turun.

Begitupun rencana averaging up harus sudah Anda tulis terlebih dahulu sebelum Anda entry. Mau berapa kali averaging up dan berapa jumlah saham yang akan Anda beli jika setelah entry harga langsung melanjutkan penguatan.

Silahkan saja Anda menggunakan averaging up atau down. Kedua strategi tersebut sama-sama bermanfaat jika digunakan dengan tepat. Yang penting ketika menggunakan kedua strategi tersebut Anda melakukannya dengan penuh perencanaan yang matang.

3. Anti-Martingale Money Management

Sebagai trader saya menggunakan anti-martingale money management di dalam sistem trading saya. Salah satu alasannya adalah karena strategi anti-martingale ini “memaksa” saya untuk trading dengan position size/trade size yang lebih kecil setiap kali saya rugi sehingga saya tidak mengalami “pendarahan hebat” ketika terjadi serangkaian kerugian beruntun dan juga “mengharuskan” saya untuk trading dengan position size/trade size yang lebih besar setiap kali saya memperoleh untung sehingga modal trading saya mengalami “exponential growth” ketika terjadi serangkaian kemenangan.

Saya juga tidak menggunakan strategi averaging, alasannya sederhana karena saya merupakan trader ritel.

Saya tidak mengelola uang orang lain dalam jumlah besar.

Saya hanya trading menggunakan uang yang saya peroleh dengan kerja keras. Dengan modal trading tidak sebesar yang dimiliki oleh para Fund Manager tentulah saya dapat dengan mudah masuk dan keluar dari pasar kapanpun yang saya mau tanpa kuatir merusak harga di pasar.

Saya menyadari sebagai trader saya hanya butiran debu di dalam pasar saham.

Trade size / poisiton size yang saya milik tiap transaksi rasanya terlalu kecil untuk  averaging. Jika modal trading-nya lumayan besar diversifikasi risikonya juga enak. Jika modal trading relatif kecil ya saran saya lebih baik menggunakan strategi anti-martingale money management. Dengan trade size yang kecil kita bisa fokus pada satu-dua transaksi tanpa harus averaging. Kita hanya perlu menentukan jarak antara level entry dan level stop loss tidak terlalu besar,sehingga apabila kita harus cut loss karena harga bergerak tidak sesuai prediksi,kerugian yang kita alami masih kecil dan kita bisa segera move on ke transaksi berikutnya.

Anti-martingale money management yang akan saya bahas disini adalah Fixed Percentage.

Mungkin fixed percentage adalah teknik money management yang paling umum digunakan oleh para trader profesional.

Lantas apa itu Fixed Percentage?

Fixed Percentage adalah teknik money management yang secara konsisten merisikokan sejumlah uang dalam persentase tetap terhadap modal yang dimiliki pada tiap transaksi.

Anda perlu menentukan sendiri berapa persen dari modal trading yang Anda miliki untuk Anda risikokan per transaksi. Besarnya persentase yang dianjurkan adalah 0.5% – 1% dari total modal untuk tiap transaksi.

Dengan merisikokan uang hanya 1% dari total modal per transaksi, Anda sudah membuat risk of ruin Anda menjadi 0%.

Artinya jika Anda hanya merisikokan 1% dari modal trading Anda untuk tiap transaksi, Anda harus mengalami lebih dari 100 kali kerugian secara beruntun agar Anda benar-benar bangkrut. Agar uang Anda menjadi nol.

Mungkin tidak Anda rugi 100 kali beruntun? Mungkin saja. Tetapi peluang itu terjadi sangat-sangat-sangat-sangat kecil sekali.

Cara mengaplikasikannya ketika trading juga tidak rumit.

Misalnya Anda memulai trading dengan modal $20,000 dan Anda merisikokan 1% dari modal Anda tiap transaksi.

Jika Anda profit 10 kali beruntun dan setiap profit yang Anda peroleh 2 kali risiko maka hasilnya akan seperti tabel di bawah ini:

Pada transaksi pertama modal Anda $20,000 pada transaksi ke-10 modal Anda menjadi $24,380. Dalam 10 transaksi Anda sudah profit $4,380 atau setara 21.9%!

Pada serangkaian kemenangan beruntun, modal trading Anda bertumbuh lebih cepat dengan menggunakan strategi fixed percentage ini,dalam jangka panjang modal trading Anda akan mengalami pertumbuhan secara eksponensial.

Dengan strategi fixed percentage ini pula Anda akan mengalami yang namanya compound interest pada modal trading Anda (jika Anda menginvestasikan ulang profit yang Anda peroleh).

Rasanya tidak adil jika tidak memberikan contoh pada serangkaian transaksi rugi.

Jika Anda mengalami 10 kali kerugian beruntun dengan merisikokan 1% dari modal Anda maka hasilnya akan seperti tabel berikut:

Setelah mengalami 10 kali kerugian berturut-turut modal Anda turun menjadi $18,088. Itu artinya Anda mengalami kerugian sebesar -$1912  atau hanya turun -9.56% !

Tentu saja kerugian kurang dari 10% tidak terlalu siginifikan pada modal trading Anda. Anda masih dapat trading dengan perasaan tenang di transaksi berikutnya.

Ketika Anda mengalami kerugian beruntun modal trading Anda menurun secara perlahan. Dan ini penting karena strategi fixed percentage ini akan sangat membantu Anda ketika sedang mengalami periode drawdowns.

Prinsip dasar dari strategi money management fixed percentage ini adalah semakin besar modal trading Anda maka semakin besar pula yang Anda risikokan dalam satuan nilai. Demikian pula jika semakin kecil modal trading Anda maka semakin kecil pula yang Anda risikokan.

Dengan prinsip ini jika Anda untung, untungnya banyak dan jika Anda rugi, ruginya sedikit.

Dan itulah objektif yang sesungguhnya dari menerapkan money management yang benar ketika trading.

Apakah strategi fixed percentage ini memiliki kelemahan?

Ya tentu saja!

Trader dengan modal kecil tidak akan bisa cepat kaya dengan menggunakan strategi money management fixed percentage ini. Hasil dari compound interest baru terasa setelah melakukan 200-300 transaksi atau lebih dengan disiplin dan konsisten.

Di 100 transaksi awal mungkin modal Anda tidak tumbuh secara signifikan. Dan percayalah itu adalah bagian paling membosankan dari trading. Melihat modal trading yang cuma segitu-gitu aja.

Misalnya modal trading Anda $10,000 dan Anda membatasi risiko hanya 1% dari modal trading tiap transaksi. Artinya Anda hanya “rela” kehilangan uang sebanyak $100 jika seandainya transaksi tersebut merupakan transaksi yang merugi.

Dengan risiko $100 Anda hanya bisa membeli beberapa lembar saham saja tiap transaksi. Dan pastinya Anda tidak berharap dapat mengubah uang $10,000 menjadi $100,000 hanya dalam beberapa transaksi trading saja.

Alasan utama banyak para trader profesional memilih menggunakan teknik money management fixed percentage karena teknik ini sangat efektif untuk mengurangi potensi risk of ruin trader tersebut.

Ketahuilah bahwa para trader profesional tidak fokus pada seberapa banyak uang yang akan mereka hasilkan ketika trading tetapi fokus mereka adalah mengontrol risiko terlebih dahulu.

Dan teknik money management fixed percentage ini sangat efektif mengontrol risiko!

Good Luck!

Enjoy the process and have good trading habits!

2 comments

  1. Perlu dipahami oleh semua trader, kalau tanpa adanya Money Management yang jelas dan terencana, maka kemungkinan modal kita berkurang akan lebih besar. Anda pun bisa kehilangan semua modal hanya karena tidak disiplin menjalankan money management .

    Tujuan utama dari trading valas adalah mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan resiko yang terkendali. Namun hal ini menjadi sulit karena sifat dari forex trading itu sendiri yang beresiko tinggi.
    Hasil akhir dari transaksi yang kita lakukan dalam trading forex hanya dua: profit atau loss. Selama anda bertrading, maka pasti akan mengalami loss dalam transaksi. Perlu di ingat bahwa dalam trading forex tidak mungkin setiap transaksi yang kita lakukan akan profit, pasti suatu waktu anda akan mengalami loss/rugi. Disinilah money management berperan penting untuk mengendalikan transaki loss anda agar lebih terkendali resikonya.

    Saya pun saya rasa bisa memperoleh hasil trading yang baik secara konsisten ketika trading di Gainscopefx itu adalah berkat Money Management saya yang baik.

    1. Ternyata tepat saya pilih broker gainscope. Awalnya saya ragu. Tapi setelah saya cari2 informasi, ternyata Gainscope broker yg terpercaya.

Comments are closed.